Seberapa Umum Sekarang Bekerja Secara Online?

bekerja secara online – Bekerja dari rumah bukan lagi hal langka. Sekarang, mayoritas orang sudah terbiasa bekerja secara online.

Di Indonesia, sebelum tahun 2020, jumlah pekerja jarak jauh masih tergolong kecil. Namun setelah pandemi, angka pekerja remote melonjak tajam.

Banyak perusahaan memperbolehkan karyawan menyelesaikan tugas dari rumah. Bahkan beberapa perusahaan global mengadopsi sistem hybrid secara permanen.

Riset dari lembaga ketenagakerjaan mencatat lebih dari 70 persen pekerja Indonesia lebih memilih bekerja online dibandingkan harus berpindah domisili.

Model kerja ini cocok untuk banyak profesi, mulai dari desainer, pemrogram, penulis, hingga customer service.

Banyak guru dan dosen juga menjalankan aktivitas mengajar tanpa harus datang ke institusi. Begitu pula pelaku usaha kecil yang menjalankan bisnis dari rumah.

Secara global, sistem kerja remote sudah menjadi bagian penting dalam dunia profesional.

Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, dan Jepang mendata lebih dari 30 persen karyawan tetap bekerja dari rumah secara penuh atau bergantian.

Model ini bukan hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga memberi keleluasaan pada karyawan untuk mengatur waktu dan energi.

Model kerja fleksibel ini juga membuka peluang bagi siswa lulusan SMA atau SMK untuk segera terjun ke dunia kerja tanpa harus pindah kota.

Banyak perusahaan membuka posisi freelance dan paruh waktu berbasis digital. Mereka cukup membutuhkan koneksi internet dan keahlian praktis.

Bagi para pelajar dan mahasiswa, sistem ini menjadi contoh nyata bahwa dunia kerja telah berubah. Tidak semua pekerjaan kini dilakukan di kantor. Ada lebih banyak ruang eksplorasi dan pengembangan karier secara mandiri dari rumah.

BACA JUGA : Mulailah Proses Modernisasi HR Dengan Cloud, Sederhana Banget!

Apakah Remote Meningkatkan Kepuasan?

Banyak orang merasa lebih bahagia sejak bekerja dari rumah. Kebebasan mengatur waktu, lingkungan kerja yang tenang, serta hilangnya waktu tempuh menjadi alasan utama.

Berbagai survei menyebutkan bahwa pekerja remote merasa lebih puas, lebih semangat, dan lebih loyal pada perusahaan.

Beberapa riset internasional menunjukkan bahwa mayoritas karyawan yang bekerja dari rumah mengalami peningkatan kesejahteraan emosional. Mereka merasa memiliki kontrol lebih besar atas hidup mereka.

Tanpa harus menempuh perjalanan jauh ke kantor, energi dan waktu bisa digunakan untuk hal lain yang lebih produktif, seperti berolahraga, memasak, atau menghabiskan waktu bersama keluarga.

Bekerja dari rumah juga mengurangi konflik kerja. Banyak pekerja merasa lebih fokus karena tidak terganggu oleh keramaian kantor atau gangguan sosial lain.

Walaupun tidak semua orang cocok dengan sistem ini, angka pekerja yang mengaku puas semakin meningkat setiap tahun.

Untuk para pendidik, mengajar dari rumah memungkinkan mereka merancang kurikulum dengan lebih fleksibel.

Banyak guru dan dosen juga merasa lebih tenang karena tidak terjebak kemacetan saat berangkat kerja.

Begitu pula pelaku usaha yang bisa menjalankan bisnis dari rumah, sambil tetap merawat anak atau menjalankan aktivitas lain.

Kepuasan ini bukan hanya dirasakan karyawan tetap. Freelancer, pekerja kreatif, penjual online, hingga mahasiswa magang secara daring mengaku lebih bersemangat karena bisa menyesuaikan waktu kerja dengan kondisi pribadi mereka.

Bingung memilih sistem HR yang paling sesuai untuk perusahaan? Sistem yang tepat akan memudahkan pengelolaan sumber daya manusia dan meningkatkan efisiensi. Jangan salah pilih yang bisa merugikan bisnis Anda. Konsultasi sekarang dan dapatkan rekomendasi terbaik dari ahlinya!

Apa Tantangan Produktivitas saat Remote?

Meski bekerja dari rumah memberi banyak keuntungan, ada pula tantangan serius yang harus dihadapi. Tidak semua orang bisa langsung menyesuaikan diri dengan sistem kerja online. Tantangan utama adalah menjaga konsentrasi dan produktivitas.

Beberapa orang kesulitan mengatur waktu karena lingkungan rumah tidak selalu kondusif. Gangguan dari keluarga, anak-anak, atau tetangga bisa mengurangi fokus.

Selain itu, karena tidak ada pengawasan langsung dari atasan, sebagian pekerja cenderung menunda pekerjaan atau bekerja tidak maksimal.

Masalah teknis juga sering terjadi. Gangguan koneksi internet, perangkat kerja yang terbatas, atau kurangnya keterampilan digital bisa membuat pekerjaan menjadi lambat atau tidak optimal.

Banyak perusahaan harus menyesuaikan sistem kerja dan infrastruktur agar produktivitas tetap terjaga.

Komunikasi tim juga menjadi tantangan besar. Banyak pekerja merasa kesulitan memahami instruksi atau koordinasi antar rekan kerja karena semua dilakukan melalui aplikasi daring. Beberapa kesalahan kecil bisa berdampak besar karena keterlambatan komunikasi.

Selain itu, rasa tertekan juga muncul karena sebagian pekerja merasa harus selalu siap sedia. Mereka terus memantau notifikasi, menjawab pesan kerja di luar jam normal.

Hingga merasa bersalah saat tidak membalas pesan dengan cepat. Tekanan ini justru bisa menurunkan semangat kerja dan mengganggu kesehatan mental.

Untuk mengatasi semua tantangan itu, pekerja perlu membuat jadwal kerja yang jelas, menciptakan ruang kerja khusus di rumah, serta menjaga komunikasi aktif dan sopan dengan rekan kerja.

Disiplin pribadi dan dukungan perusahaan sangat menentukan kesuksesan bekerja secara online.

BACA JUGA : Batas Usia Maksimal Kerja di Pabrik, Berapa Sih? Cek Disini

Bagaimana Remote Mempengaruhi Kesehatan dan Keseimbangan Hidup?

Kesehatan fisik dan mental sangat dipengaruhi oleh pola kerja. Saat seseorang bekerja dari rumah, mereka cenderung lebih fleksibel dalam mengatur aktivitas. Banyak yang merasa punya waktu lebih untuk berolahraga, makan teratur, dan istirahat cukup.

bekerja secara online juga mengurangi risiko terpapar penyakit menular seperti flu atau virus karena tidak bertemu banyak orang.

Beberapa pekerja merasa lebih sehat karena tidak harus bangun terlalu pagi dan bisa mengatur ritme kerja sesuai tubuh mereka.

Namun ada juga risiko kesehatan baru. Kurangnya aktivitas fisik, terlalu banyak duduk, dan bekerja tanpa batas waktu bisa menimbulkan masalah serius.

Banyak pekerja remote mengalami kelelahan mata, nyeri punggung, dan insomnia karena jam kerja yang tidak teratur.

Secara mental, bekerja dari rumah bisa memicu rasa kesepian. Tidak berinteraksi langsung dengan teman kantor atau rekan kerja membuat beberapa orang merasa terisolasi.

Apalagi jika tinggal sendirian. Kurangnya interaksi sosial bisa menurunkan semangat dan produktivitas.

Namun di sisi lain, banyak yang merasa lebih damai karena tidak harus menghadapi tekanan sosial kantor. Mereka merasa lebih bebas mengekspresikan diri dan lebih fokus menyelesaikan pekerjaan.

Untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan hidup, penting bagi setiap pekerja online untuk memiliki rutinitas harian.

Mulai dari waktu bangun, makan, bekerja, istirahat, hingga bersantai. Jeda kerja perlu diatur. Kegiatan fisik seperti jalan kaki, olahraga ringan, atau sekadar merapikan rumah sangat membantu menjaga kebugaran.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci agar sistem kerja online tetap sehat dan berkelanjutan.

BACA JUGA : Mampukah Software 2025 Atasi Masalah Nyata?

Seberapa Besar Penghematan Perusahaan?

Bukan hanya karyawan yang diuntungkan, perusahaan juga menikmati penghematan besar dari sistem kerja online.

Banyak perusahaan mengurangi biaya operasional karena tidak lagi menyewa kantor besar. Pengeluaran listrik, air, dan fasilitas kerja menjadi jauh lebih rendah.

Beberapa perusahaan mengaku mampu menghemat hingga belasan juta rupiah per karyawan per tahun.

Dengan pengurangan biaya sewa, perawatan kantor, serta biaya makan dan transportasi karyawan, anggaran perusahaan menjadi lebih efisien.

Penghematan ini tidak hanya berlaku untuk perusahaan besar. Pelaku usaha kecil dan menengah juga bisa memangkas biaya dengan tidak membuka toko fisik.

Banyak bisnis online beroperasi dari rumah tanpa perlu menyewa tempat usaha. Dengan modal kecil, mereka tetap bisa menjangkau pasar luas melalui media sosial dan marketplace.

Waktu kerja juga lebih efisien. Karena tidak perlu perjalanan ke kantor, banyak karyawan bisa langsung memulai aktivitas kerja sejak pagi.

Jam kerja lebih fleksibel, namun output tetap tinggi. Bahkan beberapa perusahaan mencatat produktivitas meningkat karena tidak ada keterlambatan masuk kerja atau pulang lebih awal.

Penghematan ini juga membantu perusahaan mempertahankan tenaga kerja saat kondisi ekonomi sulit.

Mereka bisa mengalihkan dana operasional untuk pelatihan, inovasi, atau pengembangan sistem.

Namun, penghematan ini harus disertai strategi jelas. Perusahaan perlu berinvestasi pada alat kolaborasi digital, manajemen kerja jarak jauh, serta kesejahteraan karyawan agar sistem ini berjalan dengan lancar dan adil.

Bekerja dari rumah bukan soal kemewahan, tapi soal cara baru untuk mengatur hidup, menjaga semangat, dan terus berkembang tanpa batas tempat.

Dengan kesiapan yang baik, sistem ini bisa menjadi masa depan yang lebih manusiawi dan efisien bagi semua pihak.

Referensi :

https://www.talenta.co/blog/bekerja-online/

https://databoks.katadata.co.id/ketenagakerjaan/statistik/2bbb0db6b516074/survei-bekerja-jarak-jauh-makin-marak-di-indonesia-saat-pandemi-covid-19?

https://www.news.com.au/finance/work/at-work/more-than-a-third-of-aussies-still-working-from-home/news-story/f52174ecea4e39c3e69c98857dcd6df0?

Share the Post:

Related Posts