Contoh KPI

7 Contoh KPI Karyawan Paling Dipakai, Biar Kerja Gak Asal Jalan

Contoh KPI – Kerja tanpa target itu ibarat jalan tanpa arah capek iya, hasilnya belum tentu jelas. Makanya, banyak perusahaan sekarang makin fokus pakai Contoh KPI atau Key Performance Indicator.

Lewat KPI, kinerja karyawan bisa terukur, jelas arah kerjanya, dan gampang dilihat progresnya. Biar kamu nggak bingung, di sini ada 7 contoh KPI karyawan yang paling sering dipakai berbagai perusahaan, lengkap buat kamu yang pengen kerja lebih terarah dan produktif!

Apa Itu Key Performance Indicator (KPI)

Key Performance Indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Utama adalah alat ukur penting yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu organisasi atau individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

KPI berfungsi sebagai kompas yang menunjukkan apakah upaya yang dilakukan sudah sesuai jalur dan memberikan dampak positif.Lebih dari sekadar angka, KPI menunjukkan nilai konkret dari pekerjaan yang telah dilakukan, memberikan bukti yang tak terbantahkan mengenai kontribusi terhadap tujuan organisasi. 

Efektivitas pengelolaan sumber daya juga sangat terbantu oleh Contoh KPI yang memungkinkan alokasi yang lebih tepat sasaran dan efisien. Selain itu, KPI menjadi fondasi untuk fokus pada peningkatan berkelanjutan dengan mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian lebih dan memicu inisiatif perbaikan. 

Pada akhirnya, data dan wawasan yang dihasilkan oleh KPI menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih terinformasi dan strategis, menjauhkan organisasi dari asumsi semata dan membawanya menuju pertumbuhan yang terukur.

Fungsi KPI Bagi Karyawan

Setelah memahami definisi KPI, berikut adalah lima poin utama mengenai fungsi KPI bagi karyawan:

1. Mengukur Kinerja Secara Objektif

KPI membantu menilai pencapaian karyawan berdasarkan indikator yang jelas dan terukur, sehingga proses evaluasi menjadi adil, transparan, dan bebas dari penilaian subjektif.

2. Menentukan Prioritas dan Fokus Kerja

Dengan KPI, karyawan dapat mengetahui tugas-tugas yang paling penting, sehingga mereka bisa mengatur waktu dan energi secara lebih efektif untuk mencapai hasil maksimal.

3. Meningkatkan Produktivitas dan Motivasi

Target yang spesifik dalam KPI mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan efisien, karena mereka memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam setiap aktivitas kerja.

4. Menjadi Dasar Pengembangan Karir

Pencapaian KPI dapat digunakan sebagai dasar untuk promosi, pemberian bonus, maupun pengembangan kompetensi, karena menunjukkan kontribusi nyata karyawan terhadap perusahaan.

5. Mendorong Evaluasi dan Perbaikan Diri

KPI memungkinkan karyawan untuk melakukan refleksi atas hasil kerja mereka, mengidentifikasi kekurangan, dan menyusun strategi perbaikan guna meningkatkan performa di masa depan.

Baca Juga : Bingung? Ini 5 Waktu Terbaik Kirim Surat Pengunduran Diri ke HRD!

7 Contoh KPI Karyawan Paling Dipakai

1. Employee Turnover Rate (Tingkat Perputaran Karyawan)

Employee Turnover Rate adalah persentase karyawan yang keluar dari perusahaan dalam periode tertentu, baik karena resign, pensiun, atau diberhentikan. KPI ini menunjukkan seberapa stabil perusahaan dalam mempertahankan karyawan.

Fungsi Utama:
– Mengukur tingkat retensi karyawan.
– Mengidentifikasi masalah dalam lingkungan kerja.
– Mengurangi biaya rekrutmen akibat pergantian karyawan.

Rumus Menghitung Turnover Rate: Turnover Rate=Jumlah Karyawan KeluarRata-Rata Jumlah Karyawan×100%\text{Turnover Rate} = \frac{\text{Jumlah Karyawan Keluar}}{\text{Rata-Rata Jumlah Karyawan}} \times 100\%Turnover Rate=Rata-Rata Jumlah KaryawanJumlah Karyawan Keluar​×100%

Contoh:

  • Awal bulan karyawan: 100 orang
  • Akhir bulan karyawan: 90 orang
  • Rata-rata = (100 + 90) ÷ 2 = 95
  • Jumlah keluar: 5 orang
  • Turnover Rate = (5 ÷ 95) × 100% = 5,26%

Kategori Umum:

  • <10%: Stabil
  • 10-20%: Wajar, tergantung industri
  • >20%: Tinggi, perlu evaluasi

2. Employee Satisfaction / Engagement Score (Skor Kepuasan/Engagement Karyawan)

Employee Satisfaction adalah indikator seberapa puas karyawan terhadap lingkungan kerja, manajemen, dan fasilitas perusahaan. Sedangkan Employee Engagement mengukur seberapa terlibat karyawan dalam pekerjaannya, termasuk loyalitas dan komitmen terhadap perusahaan.

Fungsi Utama:
– Mengidentifikasi kepuasan dan kenyamanan karyawan.
– Mengukur loyalitas dan semangat kerja.
– Mencegah turnover dengan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Cara Mengukur:

  • Survei Employee Satisfaction → biasanya 5–10 pertanyaan menggunakan skala 1-5 atau 1-10.
  • Employee Net Promoter Score (eNPS) → mengukur kemungkinan karyawan merekomendasikan perusahaan sebagai tempat kerja.
  • Engagement Survey → seperti Gallup Q12 Survey yang menilai keterlibatan karyawan.

Rumus Dasar eNPS: eNPS=%Promoter−%Detractor\text{eNPS} = \% \text{Promoter} – \% \text{Detractor}eNPS=%Promoter−%Detractor

Kategori eNPS:

  • >50 = Sangat baik
  • 10–50 = Baik
  • 0–10 = Cukup
  • <0 = Buruk, perlu perbaikan

Contoh Penggunaan:

  • Perusahaan melakukan survei engagement per kuartal.
  • Hasilnya membantu HR menentukan program peningkatan kesejahteraan seperti outing, pelatihan, atau reward system.

3. Absenteeism Rate (Tingkat Ketidakhadiran)

Absenteeism Rate adalah indikator yang mengukur seberapa sering karyawan tidak hadir dalam periode kerja tanpa alasan yang valid, seperti tanpa surat izin, tanpa pemberitahuan, atau sering absen secara berulang.

Fungsi Utama:
– Mengidentifikasi kedisiplinan dan komitmen karyawan.
– Mendeteksi potensi masalah kesehatan, stres kerja, atau lingkungan kerja yang buruk.
– Membantu HR merancang program pengurangan absen seperti wellness program atau pengelolaan beban kerja.

Rumus Menghitung Absenteeism Rate: Absenteeism Rate=Total Hari Tidak HadirTotal Hari Kerja Tersedia×100%\text{Absenteeism Rate} = \frac{\text{Total Hari Tidak Hadir}}{\text{Total Hari Kerja Tersedia}} \times 100\%Absenteeism Rate=Total Hari Kerja TersediaTotal Hari Tidak Hadir​×100%

Contoh Perhitungan:

  • Jumlah hari kerja dalam 1 bulan = 22 hari
  • Hari tidak hadir tanpa keterangan = 3 hari
  • Absenteeism Rate = (3 ÷ 22) × 100% = 13,6%

Standar Umum:

  • <5% = Baik
  • 5–10% = Perlu perhatian
  • >10% = Tinggi, wajib evaluasi

Jenis Ketidakhadiran yang Diukur:
– Tanpa keterangan (unexcused absence)
– Sakit tanpa surat dokter
– Mangkir atau sering telat berulang

4. Task Completion Rate (Tingkat Penyelesaian Tugas)

Task Completion Rate adalah KPI yang mengukur persentase tugas atau pekerjaan yang berhasil diselesaikan karyawan sesuai target dalam periode waktu tertentu. Indikator ini menilai kedisiplinan, efektivitas, dan produktivitas karyawan dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.

Fungsi Utama:
– Mengukur efektivitas kerja harian.
– Menganalisis kemampuan karyawan dalam mengelola waktu.
– Membantu atasan mengevaluasi kinerja secara kuantitatif.

Rumus Menghitung Task Completion Rate: Task Completion Rate=Jumlah Tugas SelesaiTotal Tugas yang Diberikan×100%\text{Task Completion Rate} = \frac{\text{Jumlah Tugas Selesai}}{\text{Total Tugas yang Diberikan}} \times 100\%Task Completion Rate=Total Tugas yang DiberikanJumlah Tugas Selesai​×100%

Contoh Perhitungan:

  • Total tugas mingguan: 20
  • Tugas selesai tepat waktu: 18
  • Task Completion Rate = (18 ÷ 20) × 100% = 90%

Interpretasi Umum:

  • 90–100% = Sangat Baik
  • 75–89% = Cukup
  • <75% = Perlu Perbaikan

Kelebihan KPI Ini:
– Mudah diukur dan dipantau secara mingguan atau bulanan.
– Cocok untuk semua level karyawan.
– Bisa dikombinasikan dengan kualitas kerja (error rate) untuk penilaian lebih akurat.

5. Error Rate / Number of Errors (Tingkat Kesalahan)

Error Rate adalah indikator untuk mengukur jumlah kesalahan atau eror yang dilakukan karyawan selama bekerja, baik dalam bentuk kesalahan produksi, administrasi, pelayanan, maupun pekerjaan digital seperti input data atau coding.

Fungsi Utama:
– Mengukur kualitas hasil kerja karyawan.
– Mendeteksi bagian kerja yang perlu peningkatan pelatihan.
– Mengurangi risiko kerugian akibat kesalahan fatal.

Rumus Menghitung Error Rate: Error Rate=Jumlah KesalahanTotal Output atau Transaksi×100%\text{Error Rate} = \frac{\text{Jumlah Kesalahan}}{\text{Total Output atau Transaksi}} \times 100\%Error Rate=Total Output atau TransaksiJumlah Kesalahan​×100%

Contoh Perhitungan:

  • Total transaksi dalam 1 minggu = 500
  • Terdapat 8 kesalahan input data
  • Error Rate = (8 ÷ 500) × 100% = 1,6%

Interpretasi Umum:

  • <2% = Baik
  • 2–5% = Perlu evaluasi
  • >5% = Tinggi, wajib tindakan korektif

Jenis Error Rate yang Umum Digunakan:
– Kesalahan administrasi (typo, salah input)
– Kesalahan produksi (barang cacat)
– Kesalahan layanan pelanggan (complaint akibat salah informasi)
– Bug/error dalam pengembangan software

6. Net Promoter Score (NPS) / Customer Satisfaction Score (CSAT)

Net Promoter Score (NPS) adalah indikator loyalitas pelanggan, mengukur kemungkinan pelanggan akan merekomendasikan produk atau layanan kepada orang lain.

Customer Satisfaction Score (CSAT) adalah pengukuran seberapa puas pelanggan terhadap layanan atau produk yang diberikan, biasanya dilakukan segera setelah interaksi.

Fungsi Utama:
– Mengukur kualitas layanan karyawan secara langsung.
– Menjadi indikator kepuasan dan loyalitas pelanggan.
– Membantu tim customer service dan sales meningkatkan performa.

1. Cara Menghitung NPS

Pelanggan menjawab satu pertanyaan utama:

“Seberapa besar kemungkinan Anda merekomendasikan [perusahaan/produk] kepada teman atau kolega?”

Jawaban dalam skala 0-10:

  • 9-10: Promoters (puas dan loyal)
  • 7-8: Passives (netral)
  • 0-6: Detractors (tidak puas)

NPS=%Promoters−%Detractors\text{NPS} = \% \text{Promoters} – \% \text{Detractors}NPS=%Promoters−%Detractors

Contoh:

  • 100 responden, 60 Promoters, 30 Passives, 10 Detractors
  • NPS = (60%) – (10%) = 50

2. Cara Menghitung CSAT

Pelanggan menjawab:

“Seberapa puas Anda dengan layanan yang diberikan?”

Skala bisa 1-5 atau 1-10. CSAT dihitung dari persentase pelanggan yang menjawab “puas” atau “sangat puas”. CSAT=Jumlah Pelanggan PuasTotal Responden×100%\text{CSAT} = \frac{\text{Jumlah Pelanggan Puas}}{\text{Total Responden}} \times 100\%CSAT=Total RespondenJumlah Pelanggan Puas​×100%

Contoh:

  • Dari 100 responden, 85 puas.
  • CSAT = (85 ÷ 100) × 100% = 85%

dengan catatan hanya sebagai contoh

Standar Skor

SkorInterpretasi
NPS >50Sangat baik
CSAT >80%Layanan sangat memuaskan
NPS <0 atau CSAT <60%Wajib evaluasi pelayanan

7. Revenue per Employee (Pendapatan per Karyawan)

Revenue per Employee adalah indikator kinerja yang menunjukkan seberapa besar pendapatan perusahaan yang dihasilkan oleh setiap karyawan. KPI ini sering dipakai untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia agar tetap produktif.

Fungsi Utama:
– Mengukur produktivitas karyawan secara finansial.
– Menjadi indikator efisiensi bisnis.
– Membantu perusahaan membandingkan performa antardivisi atau dengan kompetitor.

Rumus Menghitung Revenue per Employee

Revenue per Employee=Total Pendapatan PerusahaanJumlah Karyawan\text{Revenue per Employee} = \frac{\text{Total Pendapatan Perusahaan}}{\text{Jumlah Karyawan}}Revenue per Employee=Jumlah KaryawanTotal Pendapatan Perusahaan​

Contoh Perhitungan:

  • Total pendapatan tahunan = Rp50 miliar
  • Jumlah karyawan = 100 orang
  • Revenue per Employee = Rp50 miliar ÷ 100 = Rp500 juta per karyawan per tahun

dengan catatan hanya sebagai contoh

Interpretasi Umum:

AngkaKeterangan
TinggiKaryawan menghasilkan revenue optimal, bisnis efisien
RendahPerlu evaluasi produktivitas atau efisiensi operasional


Cocok digunakan untuk perusahaan sektor jasa, manufaktur, atau startup.
Lebih akurat jika dibandingkan dengan standar industri serupa

Baca Juga : Aplikasi Manajemen Perusahaan yang Akan Mempermudah Kamu!

Jenis KPI Berdasarkan Bidang Pekerjaan

Berikut adalah beberapa jenis Key Performance Indicator (KPI) yang umum digunakan berdasarkan bidang pekerjaan dikutip dari 

1. KPI Strategis

Jenis KPI ini memberikan pandangan tingkat tinggi atas kinerja keseluruhan perusahaan dan seringkali digunakan oleh tim eksekutif. Fokus utamanya adalah pada pencapaian tujuan strategis jangka panjang organisasi. 

Contohnya termasuk pertumbuhan pendapatan tahunan, pangsa pasar, dan tingkat kepuasan pelanggan secara umum. KPI strategis membantu pimpinan dalam membuat keputusan besar dan mengevaluasi keberhasilan strategi bisnis secara menyeluruh.

2. KPI Operasional

KPI ini digunakan oleh tim manajemen untuk memastikan bahwa operasi berjalan lancar dan target jangka pendek tercapai.

Contohnya, meliputi waktu siklus produksi, tingkat cacat produk, dan rata-rata waktu penyelesaian pesanan. Dengan memantau KPI operasional, perusahaan dapat mengidentifikasi inefisiensi dan melakukan penyesuaian dengan cepat.

3. KPI Fungsional

Fokus KPI fungsional terletak pada kinerja departemen dalam organisasi. Setiap departemen, seperti pemasaran, penjualan, atau sumber daya manusia, akan memiliki KPI unik yang relevan dengan tujuannya. 

Contohnya, untuk pemasaran bisa berupa tingkat konversi prospek, untuk penjualan adalah nilai rata-rata transaksi, dan untuk SDM adalah tingkat retensi karyawan. KPI ini membantu setiap fungsi untuk mengukur kontribusi mereka terhadap tujuan organisasi secara keseluruhan.

4. KPI Leading dan Lagging

KPI leading (indikator utama) adalah metrik prediktif yang mengindikasikan potensi kinerja di masa depan. KPI ini dapat diubah dan mempengaruhi hasil lagging. Contohnya adalah tingkat kepuasan karyawan (leading indicator untuk retensi) atau jumlah prospek baru (leading indicator untuk penjualan). 

Sementara itu, KPI lagging (indikator akhir) mengukur hasil yang telah terjadi. Misalnya, pendapatan penjualan (lagging indicator dari aktivitas penjualan) atau tingkat churn pelanggan (lagging indicator dari kepuasan pelanggan). Keduanya penting untuk memberikan gambaran kinerja yang komprehensif.

Setiap bidang pekerjaan memiliki KPI yang spesifik sesuai dengan tujuan dan tanggung jawabnya. Pemilihan KPI yang tepat akan membantu perusahaan dalam memantau kinerja dan mencapai target strategisnya. 

Merasa pengelolaan karyawan di perusahaan Anda belum optimal? Hal ini bisa berdampak pada produktivitas dan kepuasan tim. Jangan tunda lagi untuk mencari solusi yang tepat. Konsultasi sekarang dan bawa pengelolaan tim Anda ke level terbaik!

Menerapkan KPI (Key Performance Indicators) yang tepat untuk setiap karyawan adalah langkah penting agar pekerjaan bisa lebih terarah dan produktif.

Dengan contoh-contoh KPI seperti Employee Turnover Rate, Absenteeism Rate, hingga Revenue per Employee, perusahaan dapat mengukur dan meningkatkan kinerja dengan lebih efisien.

Penting untuk terus memantau dan menganalisis KPI secara berkala agar hasilnya selalu relevan dengan tujuan perusahaan dan kebutuhan karyawan.

Tidak hanya itu, dengan memiliki KPI yang jelas, karyawan juga lebih memahami ekspektasi perusahaan dan dapat bekerja dengan fokus, sehingga tidak ada pekerjaan yang terasa “asal jalan”.

Dengan 7 contoh KPI ini, diharapkan perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, transparan, dan menguntungkan. Jangan ragu untuk mulai menetapkan KPI yang sesuai dengan posisi dan tujuan perusahaan agar setiap langkah menuju keberhasilan lebih terukur.

Share the Post:

Related Posts